Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme sederhana: jika orang berbohong, maka hidungnya akan bertambah panjang. Macam Pinokio itu, semakin banyak bohongnya, semakin panjang hidungnya. Keren bukan? Dengan begitu, tidak akan ada yang coba-coba berdusta.
Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme simpel: jika orang mencuri, maka kupingnya akan semakin lebar. Semakin sering dia mencuri, macam mencuri waktu kerja, asyik main internetan pas jam kerja, kupingnya semakin lebaaaar, sudah kayak jendela rumah, atau kayak daun talas, gede banget. Keren, kan? Dengan begitu, tidak akan ada yang coba-coba mencuri.
Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme kecil: jika orang bergunjing, suka menjelek2an, suka berkata jorok, tukang fitnah, dsbgnya, bibirnya tambah memble. Semakin sering, maka bibirnya dower ampun2an, sampai menjuntai ke lantai saking dowernya. Yakin deh, orang2 pasti kapok, nggak akan berani coba2.
Kenapa?
Atau, kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme canggih: jika orang berbuat jahat, macam pemerkosa, tiba-tiba saja petir menyambar dari langit, membakar tubuhnya hingga jadi abu. Atau jika ada orang yang membunuh, merampok, tiba-tiba tanah terbelah, dan dia ditelan mentah2, musnah sudah dari muka bumi? Apa susahnya bagi Tuhan yang maha perkasa menciptakan mekanisme itu? Tapi kenapa tidak ada?
Jawaban persisnya saya tidak tahu. Tapi saya menggigit kuat2, bahwa Allah selalu punya rencana terbaik bagi semua orang. Pertanyaan2 ini tidak dalam rangka mempertanyakan banyak hal lantas kehilangan esensi iman, pertanyaan2 ini justeru menumbuhkan kesadaran betapa tingginya Allah, dan memperkokoh keyakinan dalam hati. Menambah kecintaan atas agama ini.
Maka, jawabannya, mungkin karena Allah memberikan kita semua kesempatan untuk berubah. Allah menutup aib kita, menutup dusta kita, maksiat, kebiasaan buruk kita, agar kita semua sempat berubah. Sungguh kasih sayang Allah itu tidak terhingga. Coba lihat, kita menantang Allah, dengan sombong sekali melakukan kejahatan, nyatanya tidak diambil oksigen di sekitar kita, manusia tetap bisa bernafas. Kita munafik sekali, barusan korup, kemudian shalat santai2 saja, nyatanya, Allah tidak membuat jantung kita berhenti berdetak. Padahal, bukankah kita seperti sedang mengolok2 Allah, memangnya Allah tidak bisa melihat kita korup barusan seperti Allah melihat kita shalat?
Maka, jawabannya, mungkin karena Allah selalu menyayangi kita semua. Pintu untuk memperbaiki selalu terbuka, selalu, selalu, dan selalu. Semoga kita tidak terlambat melakukannya. Karena sekali pintu itu sudah tertutup. Aduhai, sungguh azab dari langit itu pedih sekali. Lebih pedih dibanding disambar petir menjadi debu, lebih pedih dibanding ditelan bumi. Dan jelas, tidak ada orang yang bisa lari menghindar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar